Senin, 16 Maret 2020

Merindukan Seorang Ibu

Oleh : Nabilla Farma Diani
Mahasiswi Komunikasi Penyiaran Islam IAIN LHOKSEUMAWE


Assalamualaikum..
Namaku Nabilla Farma Diani, aku anak ke 5 dari 5 bersaudara. Ini isi hatiku, apakah kalian bisa menerimanya? 
Mana ibuku? Ibuku telah pergi sejak aku kecil. Aku yang masih belum tau apa-apa, aku masih kecil dan polos. Tiba-tiba air mata terjatuh, ketika melihat mereka yang tertawa bersama walaupun dalam keadaan yang sederhana. Aku ingin seperti itu. Aku ingin ibu di sampingku, aku ingin ibu ada di saat aku lemah tak berdaya. 
Aku bisa apa? 
Aku hanya bisa menerima takdir yang sudah Allah berikan. Aku bersyukur masih ada Ayahku yang tulus mencintaiku, yang sabar merawatku hingga aku tumbuh menjadi sosok gadis dewasa. Setiap pagi ia membuatkan aku sarapan, tiada kenal letih, membangunkanku layaknya seorang ibu. Sosok lelaki hebat yang rela tidak bekerja lagi hanya demi menjaga si bungsunya. Ayah lelaki yang dikirimkan oleh Tuhan yang sangat sempurna. Sehatkanlah Ayahku sampai aku sukses. 
Ibu jangan sedih ya? Ada Ayah yang setia nemani Billa. 
Semoga ibuku tenang di alam sana, wanita baik hati, wanita suci yang dipanggil oleh Allah SWT sepulang dari tanah suci untuk melaksanakan ibadah haji. 
Bu, kehidupan sangat berubah semenjak ibu tiada. Aku sendiri, aku menjadi sosok wanita yang keras kepala, sosok wanita yang berpura-pura bahagia demi menyenangkan orang lain. Aku kadang iri bu, iri melihat teman-temanku selalu ada perhatian dari ibunya. Tetapi mereka malah tidak bersyukur mempunyai bidadari hebat yang tak kenal lelah. 
Aku sudah dewasa, Bu. Kadang aku takut, takut menghadapi ribuan manusia yang berbeda karakternya karena aku tidak punya penopang hidup, penopang hidupku telah pergi untuk selama-lamanya. Hidupku gelap, aku hanya berpikir, aku tidak berguna. Tetapi aku salah, aku lupa, bahwa Ayahlah penyemangatku. 
Dunia kejam, Bu. 
2 tahun aku bekerja demi untuk hidup, menabung agar bisa kuliah. Kerja apa aja aku mau, Bu. Dimulai dari cuci piring, toko baju, hingga pelaminan. Aku tak kenal jam untuk bekerja, karena aku tau, aku bukan wanita dari keluarga yang kaya raya. Aku banting tulang, demi bisa hidup bersama kekasihku (Ayahku). 
Alhamdulillah, Allah tidak tidur, Allah menjawab segala doa di setiap sepertiga malamku. Allah mengubah hidupku , atas kesabaran yang aku jalani, dimulai dari dihina orang, di caci maki di depan umum, sampai tidak diberi upah seperpun. 
Allah lah yang merubah hidup manusia, intinya ikhtiar. Mau dapat penghasilan bekerja lah, hidup jangan gengsi, gak akan berhasil.
Hidupku sekarang, hadiah yang diberi Tuhan untukku.
Bersabarlah dalam hidup..
Semoga bermanfaat, ini cerita pribadi ku. Ada yang tidak aku lampirkan karena tidak pantas untuk dilampirkan. Semoga bisa menjadi motivasi bagi kalian. 
Wa alaikumussalam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar